Suatu
hari, ada seekor kancil sedang duduk bersantai di bawah pohon. Ia ingin
menghabiskan waktu siangnya dengan menikmati suasana hujan yang asri dan sejuk.
Beberapa waktu kemudian, perutnya keroncongan. Ya, kancil yang konon katanya
cerdik itu lapar. Ia sedang berpikir untuk mendapatkan mentimun yang letaknya
berada di seberang sungai. Tiba-tiba terdengar suara kecipak keras dari dalam
sungai. Ternyata itu adalah buaya.
Kancil
yang cerdik itu pun punya ide jitu untuk menghilangkan rasa laparnya. Ia
bangkit dari duduknya dan berjalan cepat ke arah sungai untuk menghampiri
buaya. “selamat siang buaya, apakah kau sudah makan?” Tanya kancil
berpura-pura. Namun buaya itu tetap diam, nampaknya ia tertidur pulas sehingga
tidak menjawab pertanyaan kancil. Si kancil pun mendekat. Kini jaraknya dengan
buaya hanya satu meter saja “hai bbaya, aku punya banyak daging segar. Apakah
kau sudah makan siang?” Tanya kancil dengan suara yang dikeraskan. Buaya itu
tiba-tiba mengibaskan ekornya di air, ia bangun dari tidurnya. “ada apa? Kau
mengganggu tidurku saja” jawab buaya agak kesal. “sudah kubilang, aku punya
banyak daging segar. Tapi aku malas untuk memakannya. Kau tahu bukan kalau aku
tidak suka daging? Jadi aku berniat memberikan daging segar itu untukmu dan
teman-temanmu” jawab kancil polos. “benarkah itu? Aku dan beberapa temanku
memang belum makan siang.
Hari
ini ikan-ikan entah pergi kemana, sehingga kami tak punya cukup makanan” jawab
buaya kegirangan. “kebetulan sekali, kau tidak perlu khawatir akan kelaparan
buaya. Selama kau punya teman yang baik sepertiku. Benarkan? Hehehe” ujar
kancil sembari memperlihatkan deretan gigi runcingnya. “terimaksih kancil,
ternyata hatimu begitu mulia. Sangat berbeda dengan apa yang dikatakan oleh
teman-teman di luar sana. Mereka bilang kalau kau licik dan suka memanfaatkan
keluguan temanmu untuk memenuhi segala ambisimu” jawab buaya yang polos tanpa
ragu-ragu. Mendengar itu, kancil sebenarnya agak kesal. Namun, ia harus tetap
terlihat baik demi mendapatkan mentimun yang banyak di seberang sungai “aku
tidak mungkin sejahat itu. Biarlah. Mereka hanya belum mengenalku saja, sebab
selama ini sikapku terlalu cuek dan tidak peduli dengan omong kosong seperti
itu. Cerita kancil dan buaya.
Sekarang,
panggilah teman-temanmu” ujar kancil. Buaya itu pun tersenyum lega, akhirnya
ada jatah makan siang hari ini. “teman-teman, keluarlah. Kita punya jatah makan
siang daging segar yang sangat menggoda. Kalian sangat lapar bukan?” Pekik
buaya dengan suara yang sengaja dikeraskan agar teman-temannya cepat keluar.
Tak lama kemudian, 8 ekor buaya yang lain pun keluar secara bersamaan. Melihat
kedatangan buaya itu, kancil berkata “ayo berbaris yang rapi. Aku punya banyak
daging segar untuk kalian”. Mendengar itu, 9 ekor buaya itu pun berbaris rapi
di sungai. “baiklah, aku akan menghitung jumlah kalian, agar daging yang aku
bagikan bisa merata dan adil” tipu kancil.
Kancil
pun meloncat-loncat girang melewati 9 ekor buaya sembari berkata ‘satu, dua,
tiga, empat, lima, enam, tuju, delapan, dan sembilan” hingga akhirnya ia sampai
di seberang sungai. 9 buaya itu berkata “mana daging segar untuk makan siang
kami?”. Kancil terbahak-bahak lalu berkata “betapa bodohnya kalian, bukankah
aku tak membawa sepotong pun daging segar di tangan? Itu artinya aku tak punya
daging segar untuk jatah makan siang kalian. Enak saja, mana bisa kalian makan
tanpa ada usaha?”. 9 ekor buaya itu pun merasa tertipu, salah satu diantara mereka
berkata “akan ku balas semua perbuatanmu”. Kancil pun pergi sembari berkata
“terimakasih buaya bodoh, aku pamit pergi untuk mencari mentimun yang banyak.
Aku lapar sekali”.
0 comments:
Post a Comment