Pada suatu
hari, waktu si kancil sedang asik minum di sebuah sungai.. si kancil mendengar
suara teriakan ketakutan. Si kancil lalu mencari dari mana arah suara itu. Dan
betapa terkejutnya dia, setelah dia melihat ada seekor singa yang sangat besar
tengah bersiap memangsa seekor tikus yang sangat lemah tak berdaya. Meski si
kancil di liputi perasaan takut yang amat sangat, tapi hati nuraninya mendorong
dia untuk membantu si tikus yang sedang di landa masalah. Ahirnya, si kancilpun
memberanikan diri untuk mendekati mereka. Dengan lagak sok biasa, dia berusaha
mendekat kea rah singa dan tikus.
Dengan
gaya seolah-olah tak tau apa yang terjadi, si kancil menyapa mereka “Wah..
sedang main apa kalian/ sepertinya seru. Apa aku boleh ikut?”. Tanya si kancil.
Melihat kedatangan kancil yang tiba-tiba, singa dan tikus itu menjadi terkejut.
“ Wah.. muncul lagi satu pecundang. Kebetulan sekali aku sedang lapar. Berani
benar kau dating sendiri mencari celaka”. Kata si singa. Dengan lagak sok
berani, si kancil menjawab “halah.. kenapa harus takut? Memang apa yang harus
aku takuti? Aku sudah terbiasa melawan bahaya? Semua bisa ku kalahkan. Mulai
dari buaya, harimau, bahkan manusia juga sudah pernah ku kalahkan. Aku raja di
hutan ini, kau pendatang baru mana tahu?”. Kata si kancil. Si singa terkejut
mendengar jawaban si kancil. Timbul rasa penasaran di dalam hatinya atas
kebenaran perkataan si kancil. “ Apa benar demikian?” Tanya si singa.
“ Kalau kau tak percaya, kau bisa tanyakan
pada salah satu penasehat ku.. dia penasehat kepercayaan ku”. Jawab si kancil
lagi. “Mana? Di mana aku bisa bertanya dengan penasehat mu itu”. Singa semakin
penasaran. “ Wah.. kau ini berlagak tak tahu atau memang pura-pura tak tahu?
Yang kau genggam itu, dia penasehat kepercayaan ku. Jika sampai ada apa-apa
dengan dia, maka aku tak akan mema’afkan orang yang mencelakainya”. Jawab si
kancil dengan memasang tampang sok garang. Si singa mulai di liputi rasa ragu, dia
mulai terpengaruh cerita si kancil. Apa lagi si singa memang termasuk penghuni
baru di hutan itu. Jadi dia memang belum tahu benar tentang segala hal yang ada
di hutan itu. “Apa benar kata binatang kecil ini? Apa dia memang raja mu? Dan
apa semua ceritanya itu benar?”. Tanya singa kepada tikus.
Menyadari
bahwa si kancil hanya berniat menolongnya, si tikuspun faham dan mulai
mengikuti siasat si kancil. “ Iya.. benar.. dia adalah raja di hutan ini. Dia
pernah mengalahkan banyak hewan yang lebih besar dari mu, bahkan memakanya..
dia sangat di kenal dan di hormati di hutan ini. Jika kau tak percaya, kau bisa
Tanya pada hewan-hewan lain yang ada di hutan ini”. kata si tikus. Mendengar
jawaban si tikus, hati si singa di liputi sedikit rasa takut. Dia mulai ragu..
tapi rasa gengsinya sebagai singa yang gagah dan tak terkalahkan membuatnya
tetap berusaha berani. “ Halah.. aku tak percaya.. kalau semua yang kau
katakana itu benar, mana buktinya?”. Tanya si singa pada kancil. Tapi dasar
kancil cerdik, kali ini posisinya sebagai kancil menjadi raja hutan membuatnya
harus terlihat berwibawa. Maka dia berusaha tetap tenang di hadapan si singa.
“Kau mau
minta bukti? Beberapa hari yang lalu, akau juga pernah memakan singa seperti mu
karena dia bersikap kurang ajar di hutan ini. Kepalanya masih aku simpan di
sebuah lubang di pinggir sungai sebagai peringatan bagi hewan-hewan lain agar
tak macam-macam dengan kancil si raja hutan. Jika kau mau bukti, kau bisa ikut
aku. Tapi setelah sampai sana kau jangan menyesal, karena semua yang tahu
rahasia ku akan ku makan.. “. Kata si kancil. Tapi meski sudah mulai di liputi
rasa takut, ke angkuhan si singa memaksanya untuk terus maju. “ Baiklah.. siapa
takut. Tapi jika ternyata kau menipu ku, kalian berdua yang akan jadi sarapan
ku”. Kata si singa. Mendengar gertakan si singa, si tikus menjadi sedikit
hawatir. Tapi kancil mengedipkan mata padanya tanda agar si tikus mau percaya
pada semua rencananya.
Akhirnya,
kancil, tikus, dan singa berjalan menuju tepi sungai di tengah hutan. Mereka
menuju sebuah lubang di pinggir sungai, lubang itu agak dalam dan gelap. Hanya
pantulan cahaya matahari yang membuat air yang sangat bening di dalam lubang
itu menjadi berkilau bagai cermin. “ Nah sudah sampai.. sekarang kau singa..
tengok sendiri ke dalam lubang itu. Di dalam lubang itu kemarin aku menyimpan
kepala singa yang telah aku santap. Rasanya sungguh lezat, dan aku tak akan
menyia-nyiakan kesempatan jika ada singa lain yang bisa aku makan lagi’. Kata
si kancil. Dengan perasaan mulai ragu dan takut, singa pun memberanikan diri
untuk melihat ke dalam lubang. Rasa takutnya membuatnya tak berani melihat
secara jelas. dia hanya berusaha mengintip saja. Tapi betapa terkejutnya dia
ketika melihat di dalam lubang itu benar-benar ada kepala singa. Tanpa menunggu
aba-aba, singa itu langsung lari terbirit-birit ketakutan. Karena dia tak ingin
di makan oleh si kancil seperti singa yang ada di dalam lubang itu.
Melihat
hal itu, kancil dan tikus hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Mereka puas karena
siasat mereka mampu mengelabui si singa yang cukup sombong itu. Sebenarnya, di
dalam lubang itu tidak ada apapun selain air yang cukup bening sehingga
mampuberfungsi seperti kaca. Karena singa hanya mengintip, dia tak menyadari
bahwa kepala singa yang ada di dalam lubang adalah pantulan bayanganya sendiri.
Dan sekali lagi, si kancil yang cerdik telah berhasil menyelamatkan temanya.
Meski dia harus berpura-pura menjadi raja hutan, bisa jadi si kancil adalah
raja hutan yang sebenarnya. Bukan karena kekuatanya, tapi karena kecerdikan dan
sifatnya yang suka menolong sesama..